Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman atau
pelanggan sehingga listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu
ditransmisikan dengan jarak yang cukup jauh.
Beda potensial keluaran dari pembangkit yakni sebesar 16 KV. Jika beda
potensial yang hanya sebesar 16KV langsung ditransmisikan, daya dan energi yang dihasilkan
pembangkit akan berkurang bahkan hilang di sepanjang jaringan transmisi. Dengan tujuan agar
tidak kehilangan daya dan energi, maka voltase pada jaringan transmisi harus jauh lebih
besar dari voltase keluaran pembangkit (dengan tegangan tinggi). Transmisi listrik jarak jauh
dilakukan dengan menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai berikut:
1. Bila tegangan dibuat tinggi maka
arus listriknya menjadi kecil.
2. Dengan arus listrik yang kecil maka
energi yang hilang pada kawat transmisi (energi disipasi) juga kecil.
3. Juga dengan arus kecil cukup
digunakan kawat berpenampang relatif lebih kecil, sehingga lebih ekonomis.
Alasan di atas sesuai dengan persamaan berikut:
W =
energi listrik (joule)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka tegangan di pembangkit terlebih
dahulu dinaikkan menggunakan transformator (trafo) step up. Tegangan listrik pembangkit yang
semula sebesar 16 KV dinaikkan menggunakan trafo step up menjadi 500 KV. Itulah mengapa kabel-kabel listrik di atas rumah kita bertegangan tinggi. Listrik yang telah sampai di transformator (trafo) step down akan mengalami penurunan tegangan dengan tujuan agar listrik tersebut dapat digunakan oleh peralatan elektronik tanpa merusak komponennya akibat tegangan tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari......